Jumat, 16 April 2010

0 poyokan
Syair Mati

Sampailah waktu ajal akan datang
Malaikat Maut segera menjelang
dicabut nyawa tiada terbilang
sakit terasa bukan kepalang

Mati itu terlalu sakit
di dalam kubur terlalu sempit
ular dan kala datang menggigit
papan dan bumi pula menghimpit

Masuklah mayat ke dalam bumi
Mungkar dan Nangkir tanyakan diri
tiada terjawab amalan sendiri
dipukul malaikat ke dasar bumi

Setelah dikubur baru menyesal
teringat diri membuat dosa
teringat diri tiada beramal
tak mungkin lagi pulang ke dunia

Mati itu terlalu lazat
bagi shuhada di medan jihad
oleh itu wahai sahabat
iman di dada perlu ditingkat

Sabtu, 10 April 2010

0 poyokan
Menjaring Matahari

21 Februari 2010

Apa yang tergenggam kini cuma harapan
sedang engkau masih di situ
terbuai irama mengasyikkan
dari rahang
kemunafikan
perlahan-lahan membunuhmu saat mentari
rakus membakar keazaman.

Waktu luntur di pegun jiwa
adalah angka yang berhenti memandangmu
kerana mereka telah lama menghilang
menjadi bintang menyeri malam
engkau masih terpaku di situ
di kamar pengabdian, menggigil,
memanggil-manggil nama yang enggan
menyapamu.

Hari ini, pada saat ini
kau harus bangun dengan kudratmu
pasti kau mampu menjaring matahari
atau membekukan kilau bintang
andai itu yang kau inginkan.

KAMAL SUJAK
SG. KAPAR INDAH, KLANG.

Rabu, 07 April 2010

0 poyokan
tipe lelaki/perempuan yang boleh dihindari

  • Ogah berkomitmen:
    Memang tak mudah mengajak seseorang untuk berkomitmen,tapi kalau hubungan telah berlangsung sedemikian lama dan intens tapi si dia masih juga tak jelas maunya,sebaiknya di tinggalkan
    Kita akan di buat terkatung-katung tak ada kejelasan mengenai format masa depan,karena si dia tak bisa mengambl keputusan, berharap pada pria/wanita ini hanya membuang waktu,dan juga menutup kesempatan anda untuk bersosialisasi atau berhubungan dengan pria/wanita lain, jika anda menemui laki-laki/wanita yang enggan punya komitmen apapun,dia perlu di hindari,bisa jadi pria/wanita seperti ini tak mampu memberi rasa aman,mantap dan kesungguhan yg bsa membahagiakan anda dlm percintaan..
  • Tidak mandiri:
    Hubungan yang baik selalu didasari keterbukaan, bisa berbagi rasa dan mengungkapkan masalah,dan kemudian memecahkannya bersama-sama, namun jika si dia sering mengeluh, bahkan kerjanya hanya mengeluh saja, seakan tak ada yg bisa ia lakukan selain menangisi nasib, tak sedikitpun ia berusaha mengubah nasib atau mensyukuri nikmat seberapapun kecilnya
    Jangan masukkan tipe pria/wanita ini dalam daftar pria/wanita idaman anda,percuma!anda hanya akan menjdi keranjang sampahnya,amat tergantng,seperti bayi yg selalu menyusup di ketiak ibunya,anda jga punya masalah,dan butuh orang sebagai sandaran, dan itu tak bisa di penuhi oleh lelaki/wanita jenis ini..
  • Anak mama:
    Memang setiap anak tentu harus slalu berbakti pda ibunya,slalu berkomunikasi,atau menjenguknya,jka tdk tggl bersama lagi, tapi...apa jadinya kalau semua itu dilakukan karena dia selalu membutuhkan ibunya, bahkan untuk segala urusan, dia selalu melibatkan ibunya...acuhkan saja kalau anda memilihnya, anda tak bisa bebas dan mandiri dalam membangun rumah tangga, bahkan anda hanya menjadi baby sitter dari bayi tua bangka.
  • Mudah takluk:
    Jika syair lagu...bertekuk lutut di sudut kerling wanita/pria....adalah tipe laki-laki/wanita yang tidak punya pendirian, apapun yang anda ungkapkan atau inginkan ia akan mengamininya,tak ada upaya untuk mendebat atau menyampaikan argumen, awalnya mungkin anda menikmatinya tapi lama-lama anda merasa seperti menanggung beban yg amat berat, segala persoalan anda yg menanggungnya,komunikasi adalah inti suatu hubungan yang baik, dan komunikasi yang baik tak bisa anda dapatkan dari tiPe lelaki/wanita ini, ia menuntut anda menjadi perempuan/pria yang harus bertanggungjawab dlm segala hal, anda berkuasa, tapi anda jga tak kuasa menanggungnya sendirian...
  • Mau menang sendiri:
    Lelaki/wanita yang terlalu percya diri sebaiknya disingkirkan saja, percaya diri memang penting tapi kalau terlalu percya diri malah membuat malu dan menjengkelkan, karena percya diri, lelaki/wanita tipe ini juga merasa "pintar" dan tahu segalanya lantaran ingin menonjol, ia menjadi lelaki/wanita "pintar" atas berbagai hal, padahal anda tahu betul bahwa apa yang ia katakan nol besar,lelaki/wanita seperti ini sulit mendengar dan tak tahan di kritik...
  • Pengungkit masa lalu:
    Jauhkan diri dari tipe lelaki/wanita ini, bisa saja suatu saat anda melakukan kesalahan,semua orang tentu pernah berbuat salah dan ia tak akan melupakannya, begitu ada kesempatan, tak usah heran, dia akan mengungkitnya lagi, ia tak mudah memaafkan meski anda telah melakukan berbagai cara untk menebus kesalahan tersebut...
  • Punya pasangan:
    Laki-laki/wanita di ibaratkan orang dewasa yang tak pernah puas melakukan selingkuh menjadikan diri merasa nyaman atau memperoleh kebanggaan jika berselingkuh, dalam benaknya mengartikan selama tak berhubungan seks dengan perempuan/pria lain,berarti mereka tak mengkhianati pasangan resmi mereka,bisa sja suatu ketika anda tertarik pda laki-laki/wanita demikian, laki-laki/wanita yg tak bebas karna sudah punya pasangan atau istri/suami biasanya memang menarik, dia pintar merayu, memanjakan pasangan dan obral janji ini-itu, tak akan ada msa depan untk anda, meski dia berjanji akan menceraikan istri/suami atau pacarnya dan memilih anda,semua hanya lips service belaka,mereka ska obral janji,egois tanpa memperhatikan perasaan anda..
  • Perias ulung:
    Tipe lelaki/wanita gampang sekali di kenali,bergaya mengikuti mode hindari hubungan dgn pria/wanita ini, jangan-jangan bila menikah sibuk dengan dandananya.

Minggu, 04 April 2010

0 poyokan

Iseng-iseng, saya menemukan situs menarik, yaitu Scribd yang memuat buku-buku on-line gratis. Di sana, secara tak sengaja, saya menemukan sebuah buku yang menarik, yaitu Syamsul Ma'arif al-Kubra karangan Syekh Ahmad Bin Ali al-Buni. Waktu saya masih di pesantren dulu, ini semacam "buku suci" dengan aura yang sangat mistis.

Persepsi populer di kalangan pesantren saya dulu, buku ini adalah semacam "primbon" yang berisi ilmu kanuragan atau ilmu kesaktian. Memang ada banyak pembahasan dalam buku itu yang menyangkut ilmu kesaktian. Tetapi, itu bukan satu-satunya isi buku tersebut.

Sekedar catatan ringan saja: oleh pemerintah Arab Saudi, buku ini masuk dalam daftar buku cekal, karena dianggap mengandung unsur syirik. Pemerintah Saudi bisa saja bisa mencekal buku ini saat dibawa oleh seseorang lewat bandara. Tetapi, bagaimana pencekalan itu bisa diterapkan saat buku tersebut sekarang beredar lewat internet? Dengan kata lain, ideologi "cekal" menjadi susah ditegakkan di zaman teknologi internet sekarang.

Buku ini sebetulnya menarik bagi mereka yang ingin mempelajari kosmologi Islam klasik yang banyak dipengaruhi oleh filsafat Pythagoras. Salah satu pembahasan utama buku ini adalah mengenai ciri-ciri semua huruf dan "khasiat spiritual" yang ada di baliknya. Ini merupakan ilmu rahasia yang dalam masa klasik Islam pun dipelajari secara sembunyi-sembunyi.

Dalam kosmologi itu, setiap huruf abjad berhubungan dengan planet atau obyek astronomis tertentu di alam raya. Huruf bukan semacam signifier(penanda) yang arbitrer dan melayang-layang bebas tanpa makna orisinal tertentu, sebagaimana kita kenal dalam filsafat strukturalisme. Huruf juga bukan seperti mantra yang tak memuat beban makna apapun, seperti pernah diungkapkan oleh Penyair Sutardji Calzoum Bahri melalui manifestonya yang terkenal itu.

Dalam kosmologi Islam seperti tampak dalam buku Syekh al-Buni ini, huruf (juga angka) memiliki hubungan "misterius" yang sifatnya niscaya dengan dunia "atas" (al-'alam al-'ulwi). Tak ada yang sifatnya arbitrer dalam kehidupan ini, termasuk kode-kode bahasa yang mewakili gagasan.

Bab pertama buku ini, misalnya, berbicara tentang huruf-huruf alfabet dan rahasia serta makna yang tersimpan di dalamnya (fi al-huruf al-mu'jamah wa ma fiha min al-asrar wa al-idhmarat). Dunia dan alam raya, dalam pandangan Syekh al-Buni, adalah semacam "universum" yang saling terkait satu dengan yang lain.

Ada dunia atas (al-'alam al-'ulwi) dan dunia bawah (al-'alam al-sufli). Dunia atas, dalam istilah dia, men-supply dunia bawah, wa inna al-'alam al-'ulwi yumiddu al-'alam al-sufli. Huruf-huruf adalah representasi dari dunia atas. Memahami rahasia huruf dan angka akan membawa seseorang untuk memahami "alam lain". Bandingkan hal ini dengan gagasan Bonaventura, seorang teolog dan santo dari Abad 13, sebagaimana tergambar dalam risalah dia yang terkenal, Itinerarium Mentis ad Deum, yakni perjalanan akal atau jiwa menuju Tuhan.

Dengan menguasai rahasia huruf dan angka, seseorang bisa memanipulasi dunia yang tak tampak. Sekilas, ada semacam hubungan yang sifatnya instrumental antara manusia dengan dunia spritual, antara dunia bawah dan dunia atas. Ini mengingatkan kita pada pengamatan Malinowski tentang "magic" sebagai bentuk lain dari "science" dalam masyarakat primitif: keduanya sebagai cara manusia untuk "mengatasi" alam yang tampak di permukaan sebagai "ketidakteraturan" (chaos) yang mencekam.

Ada sejumlah observasi yang menarik yang dikemukakan oleh al-Buni mengenai karakter huruf. Misalnya, menurut dia, ada dua jenis huruf. Huruf yang ditulis dari kanan ke kiri; itulah huruf bangsa Arab. Kedua, huruf yang ditulis dari dari kiri ke kanan, yaitu huruf atau abjad bangsa Yunani, Romawi dan Koptik.

Huruf yang ditulis dari kanan ke kiri mempunyai karakter khusus, yaitu ditulis secara kursif (muttashilah); waktu saya masih kecil, sering disebut dengan huruf gandeng. Ini kita lihat dalam kasus huruf Arab. Sementara itu huruf yang ditulis dari kiri ke kanan, bersifat non-kursif alias terputus-putus.

Pengamatan ini, walau cermat, tentu mengandung banyak kelemahan. Sebagaimana kita tahu, abjad Latin yang ditulis dari kiri ke kanan bisa juga ditulis secara kursif. Semantara itu, tak semua huruf yang ditulis dari kanan ke kiri bersifat kursif seperti abjad Arab. Abjad Hebrew atau bahasa Yahudi ditulis dengan cara yang sama dengan abjad Arab, yaitu dari kanan ke kiri, tetapi ia tidak bersifat kursif.

Menurut Syekh al-Buni, jumlah huruf (maksudnya tentu huruf Arab) adalah 28, plus satu huruf lain, yaitu "lam alif". Jika yang terakhir itu dimasukkan, maka jumlah keseluruhan adalah 29 huruf. Jumlah ini paralel dengan posisi rembulan terhadap matahari dalam waktu sebulan (al-manazil al-qamariyyah). Sebagaimana kita tahu, jumlah hari dalam kalender Hijriyah yang memakai sistem lunar adalah 29 hari, bukan 30 atau 31 hari seperti dalam kalender Gregorian yang memakai sistem solar.

Di sini, kita bisa melihat dengan baik sekali bagaimana hubungan antara huruf dengan sistem astronomis. Sekali lagi, huruf bukan kode arbitrer. Ia memiliki hubungan ontologis yang sifatnya "alamiah" dan niscaya dengan fenomena alam raya.

Ilmu yang termuat dalam buku ini bukanlah ilmu biasa, tetapi ilmu spesial yang hanya layak diketahui oleh kalangan tertentu. Al-Buni membuat semacam "pagar" tertentu agar buku ini tidak jatuh pada tangan yang tak tepat atau orang yang tak kompeten. Tak heran, buku ini, waktu saya di pesantren dulu, memiliki aura mistis yang membuatnya "angker".

Dalam pembukaan buku ini, misalnya, Syekh al-Buni dengan tegas membuat semacam "disclaimer" berikut ini: haram bagi siapa saja yang mendapatkan naskah buku saya ini untuk memberi tahu kepada orang yang tak siap untuk menerima dan memahami isinya, atau menceritakan isi buku itu di tempat yang kurang layak.

Dalam tradisi Islam klasik, tampaknya terdapat suatu pandangan bahwa ada ilmu-ilmu tertentu yang harus disembunyikan dan hanya layak diberikan kepada orang-orang tertentu yang sudah memenuhi syarat tertentu. Pandangan semacam ini saya kira tidak hanya khas Islam, tapi juga ada pada beberapa masyarakat tradisional yang lain. Saya ingin menyebut hal ini sebagai "kosmologi mistis-feodal".

Aura "kesucian" buku ini juga ditandai dengan beberapa hal lain. Dalam halaman yang sama, misalnya, Syekh Ali al-Buni mengatakan bahwa siapapun tak boleh "menyentuh" bukunya ini kecuali dalam keadaan suci (wa la tamussahu illa wa anta thahirun). Ilmu yang termuat dalam buku ini bukan ilmu normal, tetapi ilmu yang sangat khusus, dan karena itu harus diperlakukan secara khusus pula.

Yang menarik adalah Syekh al-Buni memakai istilah "menyentuh". Bagaimana istilah itu harus dipahami dalam konteks dunia digital? Teks buku al-Buni itu sekarang sudah berubah dalam bentuk file PDF yang melayang-layang secara bebas di dunia virtual. Apakah anda harus bersuci dulu saat mau membuka komputer untuk meng-akses data buku tersebut ?

Penemuan mesin cetak Guttenberg dan teknologi digital saat ini telah mengubah konsep masyarakat tentang buku dan teks. Secara umum telah terjadi semacam "sekularisasi teks" melalui demokratisasi akses kepada buku. Aura kemisteriusan sebuh buku menjadi hilang sama sekali. Apakah ini bagian dari "hilangnya pesona dunia" (disenchantment of the world) seperti pernah disebut oleh Weber itu?

Kosomologi seperti tergambar dalam buku ini mungkin sudah tak dikenal lagi oleh kalangan santri atau umat Islam pada umumnya saat ini. Mereka tentu akan menganggap buku ini sebagai semacam "klenik" atau "superstition". Kosmologi Kopernikan atau Newtonian lebih menarik bagi umat Islam sekarang. Dalam konteks kosmologi modern ini, buku seperti Syamsul Ma'arif al-Kubra sudah kelihatan aneh

0 poyokan
Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi hairan mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.

Sabtu, 03 April 2010

0 poyokan
Merak punika remen macak. Awit saking punika merak tansah nengsemaken. Wulunipun katon edi, ndamel resep ingkang sami mirsani. Awit saking punika tangga-tepalihipun sami sowan omahipun Merak kagem sinau ngadi busana lan ngadi salira.“Aku pengin supaya bisa nduweni sandhangan wulu kaya kowe, Rak,” aturipun Kancil dhateng Merak.“Sandhangan wulu kang tememplek ing awakku iki paringane Gusti Kang Akarya Jagad. Aku mung tinanggenah ngrumat lan njaga supaya tetep katon endah,” wangsulanipun Merak kanthi sareh. “Anggonku seneng dandan lan ngupakara kaendahan iki mung wujud rasa syukurku marang Gusti!” wangsulanipun merak tanpa linandhesan raos umuk.“Supaya wuluku bisa dadi kaya wulumu, piye carane?” pitakonipun Kancil.
“Tangeh lamun, Cil! Aku-kowe ki mung saderma nglakoni. Apa kang dadi peparinganing Pangeran kudu tinampa kanthi ati segara,” wangsulanipun Merak. “Karo maneh kabeh sing tememplek ana saranduning badan iki, mesthi piguna marang awake dhewe. Kang ana ing aku ora durung mesthi ana ing kowe, semono uga kosok baline, Cil. Wulu soklatmu kuwi mesthi piguna tumrapmu!”
ananging Kancil sajak kemeren mirsani kaendahan wulunipun Merak. “Piguna apa?” Sasampunipun megeng napas sawetawis lajeng nggrundel, “Senajan piguna, nyatane wuluku letheg! Aku luwih bungah yen wuluku bisa kaya wulumu! Saben kewan ora sebah nyawang!” “Kuwi rak mung saka panggraitamu dhewe. Nanging ora kok, Cil!” aturipun Merak. “Sebab saben kewan ginaris dhewe-dhewe! Uga bab wulu! Wulu-wuluku kaya ngene, wulu-wulumu kaya ngono, wulune Macan, wulune Gajah, lan sato kewan liyane ora ana sing padha!”
Senajan kathah-kathah Merak anggenipun ngandhani, ananging mboten saged mbendung pepenginanipun Kancil nggadahi wulu kados wulu Merak. “Sakarepmu anggonmu kandha, Rak! Mung aku njaluk tulung supaya aku bisa nduweni wulu kaya kowe!” aturipun Kancil setengah meksa.
Merak gedheg-gedheg gumun kaliyan kekarepanipun Kancil. “Saupama bisa, terus mengko kowe dadi kewan apa?” pitakonipun Merak.“Kewan apa wae terserah sing arep ngarani! Mung kira-kira bisa ta, Rak?” pitakonipun Kancil mboten sabar.“Bisa wae, nanging mung imitasi! Pasangan!”“Ora masalah!” Kancil bingah. “Ndang dipasang!” panyuwunipun kesesa.“Ya sabar, Cil! Aku kudu nglumpukake bodholane wuluku lan wulu-wulune wargaku.” “Terus kapan?” “Udakara rong mingguan.” “Tak tunggu, Rak”. Wangsulanipun Kancil lajeng nerasaken lampahipun. Merak naming mirsani kanthi mesem, “Cil, Kancil. Yen duwe kekarepan kok ngudung, tanpa metung tuna lan bathine. Kudu tak udaneni kekarepane, ngiras kanggo menehi piwulang marang dheweke”. Ngantos dinten ingkang sampun dipunjanjekaken, enjing-enjing Kancil sampun dugi omahipun Merak. “Piye, Rak? Iki wis rong minggu!” “Beres!” Wangsulanipun Merak sinambi nata wulu-wulu ingkang sampun dipunkempalaken, “Gilo! Wulu-wulu wis mlumpuk, malah wis dakdhewek-dhewekake! Wulu awak, wulu swiwi, wulu buntut, aku uga wis golek tlutuh wit karet barang minangka kanggo nemplekake ing badanmu!” “Wis gek ndang dipasang nyang awakku!” Aturipun Kancil sinambi lenggah dhingklik sacelakipun Merak. Merak lajeng ngoser-oseri sedaya kulitipun Kancil ngagem tlutuh karet.... See More
Bareng kawawas mboten wonten ingkang kantun keri, baka setunggal Merak nemplekaken wulu-wulu kados kebetahanipun. Wulu gulu ditemplekaken ing gulu, wulu awak ing awak, wulu sikil ing sikil, dene wulu buntut ugi dipunpasang ing buntutipun Kancil. Sedinten natas, sedaya wulu sampun kapasang. ”Rampung, Cil,” criyos Merak mesem. “Kae ana pengilon, ndang ngiloa!” Kancil lajeng ngilo. “Iki sing dakkarepake!Aku bakal dadi salah sijining kewan kang paling endah!” “Bener kandhamu, Cil. Tur ora ana sing madhani!” Merak mbombong. “Mung aja nganti kaendahan mau malah ngreridhu lakumu”, merak ngemutaken.“Ngreridhu piye? Wong apike kaya ngene kok ngreridhu.” “Lho, wulu-wulu kuwi mung templekan. Cetha bakal ngebot-eboti awakmu!”Kancil lajeng pamitan.
”Wis, Rak. Aku pamit! Lan nedha nrima awit saka kabecikanmu, aku selak pengin mamerke kahananing awakku saiki!” “Sing ati-ati, Cil,” pituturipun Merak kaliyan nguntapaken Kancil medal saking omahipun, Kancil mlampah lon-lonan. Bocongipun digidal-gidulaken, ancasipun supados saget mameraken wulunipu ingkang sae tur edi. Saben ketemu sato, Kancil tansah mesem sinambi aruh-aruh sombong. Dene ingkang dipunaruhi ugi gentos mesem, ananging esemipun esem geli. Geli amargi mangertos kahanan ingkang mboten lumrah. Ananging tumrap Kancil esem kala wau dipun tampi benten, “Kabeh kewan padha kesengsem lan kepincut karo aku,” aturipun jroning ati. Ananging sengsem, edi, lan endah wau mboten dangu. Lajeng tlutuh karet wau garing, kulitipun Kancil dados kaku nyekengkeng. Saengga sikil, gulu, lan buntutipun angel diobah-obahake. Kancil naming saged njegreg ngececer, mboten saged mlampah.“Tulung! Tulung! Tuluuung!” pambengokipun Kancil sasaged-sagedipun. “Ana apa, Cil?” pitakonipun Merak mireng pambengokipun Kancil.“Gage tulungana aku, saranduning badanku angel diobahake!” “Kabeh wulu sing nemplek ing awakmu kudu dicopot kabeh, kowe gelem?” “Gelem, Rak!” Kancil nglenggana marang punapa ingkang sampun dipuntumindakaken. Piyambakipun emut menawi sedaya paringanipun Gusti mono kedah tansah dipunsyukuri. Apik, edi, lan endah tumraping sesawangan saged ngganggu utawi mbilaheni.
Alon-alon, Merak mbubuti wulu ingkang kebacut kraket wonten badanipun Kancil. Senajan ngraosaken perih amargi sebagian kulitipun wonten ingkang katut thethel, Kancil naming mringis-mringis kaliyan ngempet sakit, mboten sambat. Ndhadha tumindakipun ingkang salah amargi naming nuruti karepipun piyambak, tanpa metung tuna lan bathinipun.
0 poyokan
Wonten ing Kraton Jenggala Manik, Prabu Lembu Amiluhur rumaos sumelang amargi putrinipun Galuh Candra Kirana kaliyan putra mantunipun Panji Asmara Bangun mbonten dipun mangertosi wonten pundi, tiyang kalih punika tindak ninggalaken Kraton Jenggala Manik mboten pamit, pramila ndamel sumelangipun Prabu Lembu Amiluhur.
Prakawis punika minangka wadinipun nagari ingkang mboten paring keprungu dening negari sanes. Amargi menawi keprungu, Parbu Lembu Amiluhur rumaos lingsem kawirangan. Lajeng sang prabu pesen dumateng Patih Kudonowarsa kaliyan prajuritipun Puthut Jenggolono supados mendhem jero babagan prakawis punika. Ampun ngantos negari sanes mireng.
Setunggaling dinten wonten ing Jenggala Manik, rawuh tamu saking negari Jomparan inggih punika Prabu Krana Jatisura utusanipun Prabu Krana Sura Wibawa. Rawuhipun Prabu Krana Jatisura punika kagem nglamar putrinipun Prabu Lembu Amiluhur inggih punika Galuh Candra Kirana. Menawi lamaripun dipuntampik Kraton Jenggala Manik bakal dipun obrak-abrik.
Mireng aturipun Prabu Krana Jatisura ingkang murang tata punika, Puthut Jenggolono duka, lan prang tandhing antaranipun Puthut kaliyan Prabu Krana Jati mboten saged dipunselakaken malih. Mangertos kahanan punika Prabu Lembu Amiluhur enggal misah lan mutusi perang punika.
Kanthi swanten ingkang manteb lan awibawa Prabu Lembu Amiluhur ngendika menawi Galuh Candra Kirana punika tindak ninggalaken Kraton Jenggolo lan mboten dipun mangertosi wonten pundi piyambakipun. Lajeng Prabu Lembu Amiluhur ngawontenake patembayan sinten kemawon ingkang seged nemokaken Galuh Candra Kirana, menawi estri dipundadosaken sederek sinarawedhi menawi kakung dipundadosaken garwanipun.... See More
Lajeng Prabu Krana Jati enggal-enggal kondur dhateng negarinipun inggih punika negari Jomparan. Prabu Krana Jati sowan wonten ngarsanipun Prabu Krana Sura Wibawa, panjenenganipun ngendika babagan patembayan Prabu Lembu Amiluhur.
Saking bungahipun lejeng Prabu Krana Sura ngutus Prabu Krana Jati supados nutup margi-margi ingkang nuju Kraton Jenggala, kanthi ancas ampun ngantos wonten tiyang sanes ingkang mlebet Kraton Jenggala lan ndherek patembayan kala wau.
Cekakipun cariyos, Kleting Kuning ngenger dumateng Mbok Randa Dhadhapan wonten mriku gesangipun Kleting Kuning rekaos sanget. Piyambakipun dipun pulasara dening Kleting Abang, Kleting Wungu, Kleting Biru, lan Mbok Randa Dhadhapan.
Setunggaling dinten Kleting Kuning dipundhawuhi ngisahi dandang ingkang cemeng sanget ngantos pulih kados enggal lan ngebaki kranjang ngagem godhong-godhongan.
Sanajan mokal Kleting Kuning tetep ngayahi punapa ingkang dados panyuwunanipun embokipun minangka bukti baktinipun. Saking awratipun Kleting Kuning nangis sesenggukan ngantos ngucap supata. Sinten kemawon ingkang saged ngebaki kranjangipun lan ngenggalaken dandangipun menawi estri dipun dadosaken sedulur sinarawedhi, menawi kakung dipun dadosaken garwanipun.
Supatanipun Kleting Kuning dipunpirengaken Bango Thongthong ingkang ageng sanget. Bango Thongthong punika saguh ngebaki lan ngenggalaken dandangipun. Sasampunipun numindakaken gawean kala wau, Bango Thongthong nagih janjinipun Kleting Kuning. Ananging Kleting Kuning mboten purun dados garwanipun kewan. Kleting Kuning gadhah akal. Piyambakipun gadhah panyuwun kagem nguji katresnanipun Bango Thongthong. Bango Thongthong nyuguhi. Kleting Kuning badhe ngetok pupu lan swiwinipun. Bango Thongthong taksih gesang. Lajeng dipun tugel gulunipun. Bango Thongthong lajeng brebah dados Bathara Narada.
Kleting Kuning lajeng dipunparingi pusaka sada lanang lan dipunparingi ngertos menawi ing Desa Pasirepan wonten Jaka Tiban asmanipun Raden Andhe-andhe Lumut.
Sasampunipun saking lepen, Kleting Kuning wicanten menawi piyambakipun badhe ngunggah-unggahi Andhe-andhe Lumut. Ananging Mbok Randha mboten ngidini. Ewadene Kleting Abang lan sederekipun sampun bidhal kagem ngunggah-unggahi. Amargi Kleting Kuning meksa, Mbok Randha lajeng ngidini kanthi sarat Kleting Kuning dipunpacaki awon lan gandanipun bacin. Ewadene Kleting Abang lan sederekipun dipaesi ayu lan wangi.
Sampun sautawis mlampah, Kleting Abang sasederekipun diadhang ditya yuyu kangkang. Yuyu kangkang purun nyabarangaken Kleting Abang sasederekipun menawi dipunopahi. Kleting Abang saguh ngopahi lan yuyu kangkang purun nyabrangaken.
Ananging nalika giliranipun Kleting Kuning, yuyu kangkang mboten purun nyabrangaken, lajeng Kleting Kuning nyabetaken pusaka sada lanang. Yuyu kangkang nyuwun pangapunten lan Kleting Kuning nyabrang.
Wonten ing Desa Pasirapan, Kleting Abang dipun tampik dening Andhe-andhe Lumut, amargi sampun nate dipungendhong kaliyan yuyu kangkang. Benten malih kaliyan Kleting Kuning. Kleting Kuning dipun tampi dening Andhe-andhe Lumut.
Sasampunipun mandhap Andhe-andhe Lumut lan Kleting Kuning sami-sami kaget. Amargi satemenipun Raden Andhe-andhe Lumut punika Panji Asmara Bangun lan Kleting Kuning punika Galuh Candra Kirana.
Pungkasanipun Panji Asamara Bangun lan Galuh Candra Kirana wangsul dhateng Kraton Jenggala.
ANALISA
Andhe-andhe lumut punika sarat piwulang kagem tiyang enem utaminipun lan tiyang sepuh ugi lare alit.
Cariyos punika dipunwiwiti nalika Galuh Candra Kirana lan garwanipun medl saking keraton Jenggala Manik lan mboten dipunsumurupi panggenanipun. Amargi punika Prabu Lembu Amiluhur dhawuh kaliyan abdinipun supados mendhem jero prakawis punika. Patih Kudonowarsa lan prajuritipun Puthut Jenggolono ngleksanaaken sabda kala wau kanthi sae. Tumindak Patih Kudowarsa lan parjuritipun kala wau pantes dipuntuladhani menawi kula panjenengan sedaya kedah mikul dhuwur lan mendhem jero prakawis-prakawis ingkang ndamel lingsemipun keluarga, masyarakat, utawi organisasi. Ananging mboten lajeng nutup-nutupi prakawis korupsi, punika sampun beten prakawis.
Satunggaling dinten wonten tamu ingkang murang tata asmanipun Prabu Krana Jati. Ancasipun Prabu Krana Jati punika kagem mboyong Galuh Chandra Kirana. Tumindakipun ingkang murang tata punika ndamel dukanipun Puthut Jenggalana. Prabu Krana Jati punika naming tamu ananging wantun nantang Prabu Lembu Amiluhur. Sejatosipun tamu punika kedah sopan lan kurmat dumateng ingkang kagungan dalem.
Cekaking cariyos Kleting Kuning ingkang dipundhawuhi mbok Randha ngenggalaken dandang lan ngebaki kagem godhong. Amargi sampun mboten kiat Kleting Kuning ngucap supata sinten kemawon ingkang saged mbiyantu piyambakipun badhe dipun dadosaken sedulur/garwa. Mboten dangu wonten bango thonthong ingkang saged mbiyantu Kleting Kuning. Nalika bango thonthong nagih janji, Kleting Kuning mboten purun dados garwanipun kewan lan pados akal supados saged uwal saking bango thonthong. Lajeng bango thonthong njalma dados dewa ingkang maringi gaman sada kagem Kleting Kuning. Tumindakipun Kleting Kuning punika mboten sae. Piyambakipun sampun janji lan bango thonthong sampun nulungi. Ananging amargi bango thonthong punika kewan, Kleting Kuning pados alesan supados uwal saking supatanipun piyambak lan bango thonthong.
Mireng wonten Jaka Tiban, Kleting Kuning, Biru, lan Abang pengin ngunggah-unggahi ananging mbok Randha ngidinaken Kleting Kuning, menawi Kleting Kuning badhe ngunggah-unggahi piyambakipun kedah dipun leleti telek. Kleting Kuning saguh wonten ing tengah margi. Kleting-kleting kala wau dipun cegat yuyu kangkang, yuyu kangkang purun nyabrangaken kanthi sarat dipunopahi. Kleting Abang sak sederekipun saguh ananging yuyu kangkang mboten purun nyebrangaken Kleting Kuning, amargi Kleting Kuning elek. Ngagem sada lanang yuyu kangkang dipun pecut lan purun nyabrangaken Kleting Kuning tanpa sarat.
Wonten ing ngarasanipun Jaka Tiban kala wau (Andhe-andhe Lumut), Kleting Abang sak sederekipun dipun tampik amargi sampun nate dipun gendong yuyu kangkang. Ananging Kleting Kuning dipun tampi amargi taksih suci. Punika nyariosaken menawi kasucining dhiri punika penting saged kagem para wanita. Pramila dados wanita punika kedah njagi kasucining dhiri kagem garwanipun.
PIWULANG
Maos cerita wonten nginggil kathah piwulang ingkangsaged dipunpendhet.
Abdi dalem pun
 
copyright 2010 jeck uyeuye